matrakab.com – Pendidikan di Indonesia seharusnya menjadi ruang aman yang membentuk karakter anak, bukan tempat yang menakutkan. Sayangnya, masih ada praktik “barak” untuk mendidik siswa yang dianggap nakal. Pendekatan semacam ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai luhur Ki Hajar Dewantara, tokoh utama pendidikan nasional.

Pendidikan Seharusnya Membina, Bukan Menghukum

Beberapa sekolah menerapkan pendekatan semi-militer terhadap siswa yang dinilai bermasalah. Mereka mengirim anak-anak ini ke tempat pelatihan seperti barak dan memberikan hukuman fisik atau tekanan mental. Sayangnya, cara ini lebih sering melukai daripada memperbaiki perilaku.

Sebaliknya, Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya keteladanan dan bimbingan. Filosofi beliau — “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” — menggambarkan bahwa guru harus hadir sebagai pemimpin yang memberi contoh dan dorongan positif. Oleh karena itu, kita seharusnya membina, bukan menghukum dengan kekerasan.

Alasan Mengapa Barak Bukan Solusi

Pendekatan militer mungkin terlihat tegas, tetapi tidak menyentuh akar permasalahan. Dalam banyak kasus, perilaku menyimpang muncul akibat tekanan keluarga, masalah psikologis, atau kurangnya perhatian. Bila siswa hanya dipaksa patuh melalui ancaman fisik, mereka bisa tumbuh dalam ketakutan dan kemarahan.

Selain itu, pendidikan yang berfokus pada hukuman cenderung mengabaikan sisi emosional anak. Guru dan orang tua perlu terlibat aktif untuk memahami dan mendampingi anak-anak dengan empati. Jika semua pihak bekerja sama, maka pembinaan bisa berlangsung secara lebih efektif dan manusiawi.

Pendekatan Alternatif yang Lebih Efektif

Daripada mengandalkan kekerasan, ada banyak pendekatan modern yang sudah terbukti berhasil. Beberapa di antaranya meliputi:

  • Konseling secara personal atau kelompok

  • Pembelajaran berbasis minat dan bakat siswa

  • Program mentoring dan pendampingan

  • Pendidikan berbasis proyek yang mendorong tanggung jawab

Dengan pendekatan tersebut, siswa akan merasa didengar, dihargai, dan dimotivasi untuk berubah. Maka dari itu, penting bagi sekolah untuk terus memperbarui metode pengajaran dan pembinaan.

Jadikan Sekolah Tempat yang Aman dan Tumbuh

Setiap anak membutuhkan tempat aman untuk berkembang. Jika sekolah menjadi ruang yang menakutkan, maka proses belajar akan terganggu. Tidak hanya itu, anak bisa kehilangan kepercayaan diri dan semangat belajar.

Sebaliknya, ketika sekolah menciptakan lingkungan yang nyaman dan mendukung, siswa akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, sekolah wajib memprioritaskan pendekatan yang ramah anak dan berbasis kasih sayang.

Penutup: Saatnya Kembali ke Nilai-Nilai Pendidikan yang Mendidik

Kita tidak bisa berharap hasil baik dari cara-cara yang salah. Jika kita ingin mencetak generasi yang kuat, berakhlak, dan cerdas, maka kita harus kembali pada filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Pendidikan harus membebaskan, membimbing, dan memberdayakan.

Akhir kata, mari kita bersama-sama menolak kekerasan dalam pendidikan. Mulailah membina anak-anak dengan cinta, bukan dengan barak.