MATRAKAB.COM – Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, terus berkomitmen membentuk karakter generasi muda. Salah satu upaya utama yang dilakukan adalah memperkuat nilai-nilai moral Pancasila di satuan pendidikan. Langkah ini menjadi penting mengingat tantangan sosial dan budaya yang semakin kompleks. Generasi muda di wilayah pegunungan Papua dihadapkan pada tantangan dalam menjaga persatuan dan kesatuan di tengah keragaman.

Pancasila sebagai Fondasi Moral Bangsa

Pancasila adalah dasar negara yang juga berfungsi sebagai pilar moral dan etika. Lima silanya mencerminkan nilai luhur seperti keimanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial. Nilai-nilai ini harus ditanamkan sejak dini agar anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang toleran, berintegritas, dan mencintai tanah air.

Pengaruh globalisasi dan budaya luar dapat mengikis nilai kebangsaan di kalangan generasi muda. Oleh karena itu, sekolah harus menjadi tempat utama untuk memperkuat jati diri bangsa. Di Jayawijaya, yang memiliki keragaman budaya dan sosial, penguatan ini menjadi lebih relevan.

Langkah Strategis Pemkab Jayawijaya

Untuk menjawab tantangan tersebut, Pemkab Jayawijaya bersama Dinas Pendidikan menjalankan sejumlah program strategis. Salah satunya adalah pelatihan untuk guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Pelatihan ini bertujuan agar guru mampu menyampaikan materi Pancasila secara menarik dan sesuai dengan konteks lokal.

Selain itu, kurikulum muatan lokal kini mulai mengintegrasikan nilai Pancasila. Cerita rakyat, tradisi budaya, dan praktik kehidupan sehari-hari digunakan sebagai sarana pembelajaran. Dengan pendekatan ini, siswa lebih mudah memahami dan menerapkan nilai Pancasila dalam kehidupan mereka.

Kepala Dinas Pendidikan Jayawijaya menegaskan bahwa pendidikan karakter bukan sekadar jargon. Semua elemen pendidikan harus terlibat, mulai dari kepala sekolah, guru, hingga orang tua. Ia mengatakan, “Kami ingin setiap sekolah menjadi pusat penanaman nilai Pancasila. Tempat lahirnya generasi yang cinta damai, menghargai perbedaan, dan siap membangun Papua.”

Kolaborasi dengan Komunitas dan Lembaga

Pemkab juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Di antaranya adalah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), tokoh adat, dan organisasi keagamaan. Bersama mereka, Pemkab menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti workshop, seminar, dan dialog kebangsaan di sekolah-sekolah.

Kegiatan ini terutama menyasar siswa SMA dan SMK yang bersiap masuk ke masyarakat. Peran tokoh adat dan agama sangat penting karena mereka dihormati dan memiliki pengaruh besar. Ketika nilai Pancasila dipadukan dengan kearifan lokal, hasilnya menjadi lebih kuat dan membumi. Hal ini mampu membentengi siswa dari ancaman intoleransi, kekerasan, dan perpecahan.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meski berbagai program telah dijalankan, tantangan tetap ada. Akses pendidikan di distrik terpencil masih terkendala. Masalah seperti keterbatasan infrastruktur dan kurangnya guru menjadi perhatian serius pemerintah daerah.

Namun, semangat untuk membangun pendidikan berbasis Pancasila tidak pernah surut. Pemerintah daerah yakin bahwa kerja sama lintas sektor dapat menciptakan pendidikan yang kuat dan bermakna.

Bupati Jayawijaya juga beberapa kali menegaskan pentingnya keseimbangan antara pembangunan fisik dan moral. Ia menyatakan, “Kalau jalan sudah bagus dan gedung sekolah berdiri megah, tapi anak-anak tidak punya moral dan semangat kebangsaan, maka itu sia-sia.”

Penguatan moral Pancasila di sekolah adalah investasi penting bagi masa depan bangsa. Langkah konkret yang dilakukan Pemkab Jayawijaya patut diapresiasi dan dicontoh daerah lain. Pendidikan berbasis Pancasila tidak hanya mencetak siswa yang cerdas secara akademis. Lebih dari itu, pendidikan ini membentuk generasi yang berakhlak, cinta tanah air, dan siap menjaga keutuhan bangsa.