Dalam aksi tersebut, mahasiswa menyuarakan keberatan mereka dengan membawa poster, melakukan orasi, dan menyampaikan tuntutan kepada pihak rektorat. Mereka menilai perubahan ini bukan sekadar soal nama, tetapi soal arah dan jati diri keilmuan. Mahasiswa percaya Fateta memainkan peran penting dalam pengembangan teknologi berbasis pertanian, yang menjadi fondasi IPB sejak awal.
Mereka juga mempertanyakan alasan di balik keputusan tersebut. Mahasiswa menilai pihak kampus tidak melibatkan mereka secara transparan dalam proses perumusan perubahan. Mereka menuntut rektorat membuka ruang dialog terbuka agar semua pihak bisa memahami alasan dan dampak kebijakan ini.
Beberapa perwakilan mahasiswa menyampaikan kekhawatiran bahwa penggantian nama menjadi Sekolah Teknik akan menggeser fokus akademik dari pertanian berkelanjutan ke arah rekayasa industri umum. Mereka menilai hal itu justru menjauhkan IPB dari misinya sebagai kampus pertanian unggulan.
Pihak rektorat menyatakan bahwa perubahan ini bertujuan menyesuaikan struktur akademik IPB dengan standar internasional. Namun, mahasiswa meminta agar kampus tetap mempertahankan karakter khas yang telah membedakan IPB dari institusi teknik lainnya.
Melalui aksi ini, mahasiswa menunjukkan bahwa mereka siap bersuara dan berdiri untuk menjaga identitas kampus mereka. Mereka berharap IPB tidak melupakan akar dan nilai utama yang telah membentuk reputasinya sebagai pelopor pendidikan pertanian di Indonesia.