Tag: Universitas Indonesia

Dari Zaman Kolonial Hingga Kini: 10 Perguruan Tinggi Pionir di Indonesia

Perguruan tinggi di Indonesia memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak zaman kolonial, dan kampus-kampus tersebut menjadi bagian dari kebijakan politik etis yang diterapkan oleh pemerintah Belanda terhadap masyarakat pribumi. Pendidikan tinggi pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 1849, meskipun pada masa itu sistem pendidikan masih sangat berbeda dengan apa yang kita kenal sekarang, dengan berbagai fakultas dan program studi yang lebih beragam.

Universitas Indonesia (UI)

Dari Zaman Kolonial Hingga Kini: 10 Perguruan Tinggi Pionir di Indonesia

Didirikan pada tahun 1849, Universitas Indonesia memulai perjalanannya sebagai sekolah tinggi kedokteran yang bernama Dokter-Djawa School pada tahun 1851. Setelah beberapa kali berganti nama, pada 1898 berubah menjadi STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen), yang menjadi tempat pendidikan dokter Indonesia hingga 1927. Universitas ini akhirnya berkembang menjadi universitas lengkap setelah berbagai sekolah tinggi di Pulau Jawa bergabung pada tahun 1946.

Institut Teknologi Bandung (ITB)

Dari Zaman Kolonial Hingga Kini: 10 Perguruan Tinggi Pionir di Indonesia

ITB berdiri pada 2 Maret 1959, namun asal-usulnya dimulai pada 1920 dengan pendirian Technische Hogeschool (TH) di Bandung, yang kemudian menjadi pusat pengembangan teknik di Indonesia. Kampus ini terus berkembang dan kini menjadi salah satu institut teknologi terkemuka di tanah air.

Universitas Islam Indonesia (UII)

Dari Zaman Kolonial Hingga Kini: 10 Perguruan Tinggi Pionir di Indonesia

UII didirikan pada 8 Juli 1945, menjadikannya sebagai salah satu universitas swasta pertama di Indonesia. Berdiri sebelum kemerdekaan, UII menjadi pelopor pendidikan tinggi yang mengintegrasikan nilai kebangsaan dan keislaman dalam kurikulumnya.

Universitas Gadjah Mada (UGM)

Dari Zaman Kolonial Hingga Kini: 10 Perguruan Tinggi Pionir di Indonesia

UGM diresmikan pada 19 Desember 1949, dan sejak awal berdiri telah menggabungkan berbagai sekolah tinggi di Yogyakarta. UGM kini berkembang dengan memiliki 18 fakultas dan program studi di berbagai bidang, termasuk ilmu sosial, hukum, dan kedokteran.

Universitas Nasional (Unas)

Universitas Nasional (Unas)

Unas adalah universitas swasta tertua kedua di Indonesia, didirikan pada 1949 di Jakarta. Sebagai universitas yang awalnya berfokus pada pendidikan tingkat lanjut bagi lulusan SLTA Jakarta, Unas kini dikenal sebagai universitas unggulan di ibu kota.

Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)

Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)

Didirikan pada 7 Januari 1951, UISU menjadi perguruan tinggi Islam pertama di luar Pulau Jawa. UISU terus berkembang dengan menambah fakultas dan program studi yang mendukung perkembangan akademik dan keislaman.

Universitas Kristen Indonesia (UKI)

Universitas Kristen Indonesia (UKI)

Diresmikan pada 1953, UKI merupakan perguruan tinggi yang awalnya memiliki dua fakultas utama dan terus berkembang dengan pembukaan fakultas-fakultas lain. Kini UKI menawarkan berbagai program studi di bidang pendidikan, ilmu sosial, dan kedokteran.

Universitas Airlangga (Unair)

Universitas Airlangga (Unair)

Unair didirikan pada 10 November 1954 oleh Presiden Soekarno, sebagai universitas pertama di kawasan timur Indonesia. Berlokasi di Surabaya, Unair kini memiliki banyak fakultas yang mencakup berbagai bidang ilmu kesehatan dan sosial.

Universitas Hasanuddin (Unhas)

Universitas Hasanuddin (Unhas)

Unhas berdiri pada 10 September 1956 di Makassar, Sulawesi Selatan. Dimulai sebagai Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, kini Unhas telah berkembang dengan 16 fakultas yang mencakup berbagai disiplin ilmu, termasuk pertanian dan ilmu kesehatan.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Didirikan pada 10 November 1957, ITS di Surabaya telah berkembang menjadi salah satu institut teknologi terkemuka di Indonesia. Dimulai dengan hanya dua jurusan, ITS kini menawarkan berbagai program di bidang teknik, elektro, dan perkapalan.

Kampus Terpaksa Naikkan Uang Kuliah Akibat Efisiensi Anggaran, Mahasiswa dan Orang Tua Resah

matrakab – Beberapa kampus di Indonesia mengakui bahwa mereka sedang menghadapi dilemma besar terkait kenaikan uang kuliah sebagai dampak dari efisiensi anggaran yang harus dilakukan. Kenaikan biaya pendidikan ini menjadi perhatian serius di kalangan mahasiswa, orang tua, dan pemerintah.

Sejumlah kampus, baik negeri maupun swasta, mengaku terpaksa melakukan efisiensi anggaran akibat berkurangnya dana dari pemerintah dan sumber pendanaan lainnya. Pandemi COVID-19 yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir juga turut mempengaruhi kondisi keuangan kampus, karena banyaknya pembatasan dan penurunan jumlah mahasiswa baru.

Rektor Universitas Indonesia (UI), Ari Kuncoro, mengungkapkan bahwa kampusnya harus melakukan efisiensi anggaran secara signifikan. “Kami harus mengurangi beberapa kegiatan dan program yang tidak esensial untuk memastikan operasional kampus tetap berjalan,” ujar Ari dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (10/2/2025).

Salah satu dampak dari efisiensi anggaran ini adalah kenaikan uang kuliah. Beberapa kampus terpaksa menaikkan biaya pendidikan untuk menutupi defisit anggaran dan memastikan kualitas pendidikan tetap terjaga. Namun, keputusan ini tidak mudah diambil, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap mahasiswa dan orang tua.

Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Panut Mulyono, mengakui bahwa kenaikan uang kuliah adalah pilihan yang sulit. “Kami berusaha untuk tidak memberatkan mahasiswa, tetapi di sisi lain, kami juga harus memastikan bahwa kampus dapat beroperasi dengan baik dan memberikan pendidikan yang berkualitas,” ujar Panut.

Kenaikan uang kuliah ini tentu saja menimbulkan reaksi dari mahasiswa dan orang tua slot server jepang. Banyak mahasiswa yang merasa keberatan dengan kenaikan biaya pendidikan, terutama mereka yang berasal dari keluarga dengan pendapatan menengah ke bawah. Beberapa mahasiswa bahkan mengancam akan melakukan aksi protes jika kenaikan uang kuliah tidak dapat dihindarkan.

Salah satu mahasiswa Universitas Indonesia, Rina Wulandari, mengungkapkan kekhawatirannya. “Saya dan teman-teman sangat khawatir dengan kenaikan uang kuliah ini. Kami berharap kampus bisa mencari solusi lain selain menaikkan biaya pendidikan,” ujar Rina.

Orang tua mahasiswa juga merasa terbebani dengan kenaikan uang kuliah. Salah satu orang tua, Budi Santoso, mengatakan bahwa kenaikan biaya pendidikan akan sangat mempengaruhi keuangan keluarganya. “Saya harus bekerja lebih keras untuk memastikan anak saya bisa melanjutkan kuliah. Kenaikan uang kuliah ini sangat memberatkan,” ujar Budi.

Untuk mengatasi dilemma ini, beberapa kampus sedang mencari solusi alternatif. Salah satunya adalah dengan mencari sumber pendanaan baru, seperti kerjasama dengan perusahaan swasta, hibah penelitian, dan program beasiswa. Selain itu, beberapa kampus juga berencana untuk meningkatkan efisiensi operasional dengan memanfaatkan teknologi dan inovasi.

Rektor Universitas Airlangga (Unair), Mohammad Nasih, mengatakan bahwa kampusnya sedang berupaya untuk mencari solusi yang tepat. “Kami sedang menjajaki berbagai kemungkinan untuk mengurangi beban biaya pendidikan bagi mahasiswa, termasuk dengan mencari sumber pendanaan baru dan meningkatkan efisiensi operasional,” ujar Mohammad Nasih.

Kenaikan uang kuliah sebagai dampak dari efisiensi anggaran adalah masalah serius yang dihadapi oleh banyak kampus di Indonesia. Meskipun keputusan ini tidak mudah, kampus-kampus sedang berusaha untuk mencari solusi yang terbaik untuk semua pihak. Dengan kerjasama antara kampus, mahasiswa, dan pemerintah, diharapkan masalah ini dapat diatasi dengan baik dan pendidikan di Indonesia tetap berkualitas.