Google Resmi Memberhentikan Karyawan Karena Protes Terhadap Proyek Kolaborasi Cloud dengan Israel
matrakab.com – Google telah mengonfirmasi pemecatan 28 karyawannya yang terlibat dalam aksi protes mengenai kemitraan perusahaan dengan pemerintah Israel. Protes ini berkaitan dengan Project Nimbus, sebuah inisiatif senilai US$1,2 miliar yang juga melibatkan Amazon. Aksi protes tersebut meliputi pendudukan kantor yang berujung pada penangkapan oleh otoritas hukum.
Sekuensial Insiden dan Tindakan Korporatif
Pemecatan diungkapkan melalui memo internal setelah terjadi penahanan karyawan di New York dan California pada tanggal 16 April. Insiden ini merupakan kelanjutan dari serangkaian pemecatan terkait protes yang dilakukan oleh karyawan di acara perusahaan di Israel bulan lalu.
Kebijakan Perusahaan dan Upaya Penegakan
Chris Rackow, Kepala Keamanan Global Google, dalam memo tersebut mengutarakan bahwa tindakan karyawan tersebut tidak sesuai dengan standar perilaku profesional perusahaan. Rackow menegaskan bahwa Google akan mengambil tindakan disipliner tambahan bila diperlukan untuk menjaga standar tersebut.
Tanggapan dari ‘No Tech for Apartheid’
Kelompok ‘No Tech for Apartheid’, yang mengadvokasi protes tersebut, menyatakan bahwa pemecatan ini merupakan aksi pembalasan terhadap unjuk rasa karyawan. Mereka mengkritik kurangnya dialog dari pihak eksekutif Google meskipun telah menyampaikan keprihatinan selama bertahun-tahun.
Isu Penggunaan Teknologi dalam Konteks Militer
Project Nimbus telah menerima kritik dari aktivis karena potensi penggunaan teknologi cloud dan AI oleh Israel untuk keperluan militer, termasuk pengawasan yang intensif. Laporan oleh The Intercept mengindikasikan kemungkinan penggunaan alat-alat ini dalam konteks penjajahan wilayah Palestina oleh Israel.
Konsekuensi Pemecatan untuk Etika Perusahaan Teknologi
Keputusan pemecatan ini menyoroti tantangan yang dihadapi oleh industri teknologi dalam menyeimbangkan kebijakan internal dan prinsip etika. Isu ini mempertanyakan keterlibatan teknologi dalam dinamika geopolitik dan konflik, serta menempatkan perhatian pada tanggung jawab sosial korporat di arena internasional.